Mahasiswa Berprestasi Sastra Inggris Ikuti Program Pertukaran Pelajar ke Malaysia
Desti Nurwahidah dan Nabila Azzahra merupakan dua mahasiswa Program Studi Sastra Inggris Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Angkatan 2020 berhasil lolos mengikuti program International Credit Transfer (ICT) atau Transfer Kredit Internasional dalam bentuk pertukaran pelajar selama 1 semester di Universiti Teknologi Mara (UiTM), Malaysia.
ICT merupakan program yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek Republik Indonesia dalam rangka mendukung implementasi kebijakan pemerintah Merdeka Belajar Kampus Merdeka atau biasa disebut MBKM.
Pertukaran Pelajar menjadi salah satu bentuk kegiatan dari 8 (delapan) bentuk kegiatan MBKM, yakni Magang/Praktik Kerja, KKN Tematik, Studi/Proyek Independen, Kegiatan Wirausaha, Proyek Kemanusiaan, Penelitia/Riset, Asistensi Mengajar di Satuan Pendidikan, Magang, dan Pertukaran Pelajar.
Dalam periode 2022 ini, UAD mengirimkan beberapa mahasiswa yang berasal dari beberapa prodi, salah satunya dari program studi Sastra Inggris.
Dalam kesempatan kali ini, tim media sosial Sastra Inggris berkesempatan untuk mewawancarai Desti, salah satu mahasiswa Sastra Inggris Angkatan 2020 yang berasal dari Sorong, Papua Barat Daya.
Syarat mendaftar program ICT, Desti mengumpulkan berkas seperti transkrip nilai, dan sertifikat TOEFL. IPK minimal untuk mengikuti program ini adalah 3,5 sedangkan untuk TOEFL harus memiliki skor minimal 550. Untuk tahun ini, seleksi yang dilakukan hanya seleksi berkas saja, tidak ada seleksi wawancara atau lisan.
Selama berada di Malaysia, Desti dan Nabila tinggal di asrama mahasiswa internasional yang disediakan oleh kampus UiTM. Asrama mahasiswa UiTM berbentuk seperti apartemen, dimana 1 unit terdiri dari 3 kamar dan dihuni oleh 3 orang mahasiswa.
Desti juga menceritakan bahwa sistem belajar di UiTM tidak jauh berbeda dengan sistem pembelajaran di UAD. Untuk pengecekan presensi, mahasiswa di UiTM menggunakan portal, hanya saja di UiTM satu mata kuliah bisa 2 (dua) kali pertemuan dalam 1 minggu.
Atas partisipasinya dalam program pertukaran pelajar ini, Desti dan Nabila mendapatkan konversi dari prodi Sastra Inggris sebanyak 15 SKS ketika menuntaskan program ICT ini.
Desti cukup terkesan dengan Malaysia. Tidak jauh beda dengan Indonesia sehingga tidak terjadi culture shock yang berlebihan. Untuk berkomunikasi juga relatif mudah, karena Bahasa Inggris merupakan bahasa kedua di Malaysia, ‘’sehingga ketika aku ga paham sama Bahasa Melayu, aku tinggal ngomong bahasa Inggris’’ ucap Desti.
Desti berpesan kepada teman-teman mahasiswa Sastra Inggris UAD agar jangan takut gagal dan jangan takut untuk mencoba program pertukaran pelajar apapun bentuknya termasuk program ICT ini, “it’s worth your time, your energy, and your tears” pesan Desti.